Teduh by Prasetyo Peuru Henry Putra

  

Teduh from Canva edit by Prasetyo Peuru Henry Putra

Siang itu aku menatapnya, terpesona di bukit nan hijau menatap gadis yang sedang selfie di depanku kala itu. “Cantik!” aku terpesona.

Gadis itu sesaat menatapku dengan bingung kemudian tersenyum hangat.

Kejadian itu teramat cepat sampai aku hampir lupa untuk mengeluarkan alat lukisku di siang nan teduh saat itu.

Sebelum itu aku pun mendapat ide, aku meminta sang gadis untuk menjadi model lukisku dan akan memberikannya sejumlah uang jika dia bersedia.

Aku pun memberanikan diri memulai pembicaraan. “Hai, kenalin namaku Yoel, namamu siapa?” Sang gadis pun membalas pertanyaan, “Oh, namaku Zefanya, salam kenal. Ada apa ya?” Tanya Zefa.

Lanjutku, “Boleh gak aku minta waktumu sebentar, aku pelukis dan aku tertarik untuk melukis kamu. Nanti aku kasih sejumlah uang deh buat cost untuk meminta waktumu dan buat ngelukis kamu.”

Zefanya agak shock mendengarnya dan kemudian tersipu malu. Zefa pun membolehkan aku untuk melukisnya dan bahkan tanpa perlu dibayar. Ditambah waktu juga masih siang dan tampak terasa Teduh untuk menjadi model lukis.

Sampai sore lukisannya belum selesai. Aku pun meminta Zefanya untuk menjadi modelnya lagi besok agar supaya bisa diselesaikan lukisannya. Mereka pun bertukar kontak. Zefanya kala itu bersama teman perempuannya bernama Meysi. Petang itu pun aku pulang bersama mereka berdua dengan kendaraan masing-masing, menuju rumah kediaman kami.

Besoknya sekitar jam 11 siang sampai sore akhirnya aku melanjutkan lukisannya.

Sampai 3 hari kemudian barulah lukisan tersebut selesai. Dan aku lalu menghadiahinya lukisan berupa model gadis bernama Zefa ya tersebut dengan background bukit hijau. Aku menamai lukisan itu “Teduh”.

Sang Gadis menerimanya terharu dan berterima kasih, “Lukisanmu indah, aku tampak cantik. Makasih ya!” Ucap Zefanya berterima kasih. Aku pun turut merasa bahagia. Mereka pun tersenyum cerah semuanya.